Jumat, 14 Januari 2011

leukemia

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
Secara umum definisi leukima merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukimia juga bisa didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neuplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietic. Leukimia digolongkan menjadi akut dan kronis. Leukimia akut terdiri dari Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) dan Leukimia Limfoblastik Akut (LLA). Leukimia kronis terdri dari leukemia Mielositik Kronik (LMK) dan Leukimia Limfositik Kronik (LLK).
Leukemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Beberapa data epidemiologi menunjukkan insiden leukemia di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Leukima merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia.
Frekuensi relatif  leukemia di negara barat menurut Gunz adalah  leukemia akut 60%,CLL 25%,CML 15%. Di indonesia, frekuensi CLL sangat rendah. CML merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai. Insiden leukemia menurut usia didapatkan data adalah ALL terbanyak pada anak-anak dan dewasa, AML pada semua usia lebih sering pada orang dewasa, CML pada semua usia tersering usia 40-60 tahun, CLL   terbanyak pada orang tua. Insiden semua jenis leukima adalah 10 per 100.000  populasi per tahun dan hampir separuhnya adalah leukemia kronik. Insiden leukemia akut adalah 4 per 100.000 populasi pertahun.
B.     Tujuan  
Ø  Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya leukemia
Ø  Untuk mengetahui klasifikasi leukemia
Ø  Untuk mengetahui cara penanganan, pengobatan dan perawatan dari leukimia1.Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002
: 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a.Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
b.Radiasi
c.Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d.Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e.Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal.
177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang
memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi),
juga lebih peka terhadap leukemia.
3.Gambaran klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a.Pilek tidak sembuh-sembuh
b.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.Demam dan anorexia
d.Berat badan menurun
e.Ptechiae, memar tanpa sebab
f.Nyeri pada tulang dan persendian
g.Nyeri abdomen
h.Lumphedenopathy
i.Hepatosplenomegaly
j.Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)
4.Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah. ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi
remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima
puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi
berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).
5.Patofisiologi
a.Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b.Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
d.Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,
nodus limfe, dan nyeri persendian.
(Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)
6.Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
a.Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit
lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b.Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
c.Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d.Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e.Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f.Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g.Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).
7.Penatalaksanaan Medis
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada
anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan
rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai
agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai
3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan
organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk
memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah
prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar
asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik
akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat
pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).
Konsep Dasar Keperawatan
Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu metode
yang sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan
berfokus pada respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah
kesehatan yang potensial maupun aktual. ( Marilynn E. Doengoes, dkk .2000 : 6 ).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-
langkah proses keperawatan yaitu ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
(Budi Anna Keliat, 1994)
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a.Riwayat penyakit
b.Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1).Demam
2).Infeksi
d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis
g.Kaji adanya :
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar rektal
5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)
2.Patofisiologi dan Penyimpangan KDM
Proliferasi sel kanker
Sel kanker bersaing dengan sel normal
Untuk mendapatkan nutrisi
InfiltrasiSel normal digantikan dengan
Sel kanker
3.Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan menurut The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L,
2004 :331)
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah :
1.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
9.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
11.Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
4.Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai
tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L,2004 )
a.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
1)Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
2)Intervensi :
a)Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b)Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
c)Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
d)Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
e)Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
f)Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
g)Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
h)Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i)Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
1)Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
2)Intervensi :
a)Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala
aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b)Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
c)Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
d)Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c.Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
1)Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
2)Intervensi :
a)Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral dan rektal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
1)Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
2)Intervensi :
a)Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
b)Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
c)Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
d)Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
e)Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f)Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
g)Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
1)Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
2)Intervensi :
a)Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
b)Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
c)Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut
kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
d)Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
e)Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
f)Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
g)Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
h)Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
i)Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
j)Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
k)Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
l)Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
1)Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2)Intervensi :
a)Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
b)Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
c)Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
d)Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
e)Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f)Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
g)Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
g.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
1)Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
2)Intervensi :
a)Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
b)Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
c)Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
d)Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175)
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal. (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.      Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a.    Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell Leukemia – Lhymphoma Virus/HLTV).
b.      Radiasi.
c.       Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e.       Kelainan kromosom, misalnya pada  sindrom down. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
3.      Manifestasi klinis
A.    Leukimia Mieloblastik Akut (LMA)
·         Berkurangnya granulosit
·         Kelelahan dan kelemahan
·         Berkurangnya trombosit
B.     Leukemia Mieloblastik kronis (CML)
Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran LMA, tetapi tanda dan gejalanya lebih ringan, banyak pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun. Terdapat peningkatan leukosit, kadang sampai jumlah luar biasa, limfa sering membesar.
C.     Leukemia limfosit Akut (ALL)
·         Hemetopoesis terhambat
·         Mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan trombosit
D.    Leukemia limfosit kronis (CLL)
·         Pembesaran nodus limfe dan organ abdominal
·         Penurunan jumlah limfosit
4.      Patofisiologi
           Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia.
          Sistem retikuloendoterial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
          Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisne. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leokosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
          Adanya infiltrasi pada  ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodus limfe dan nyeri persendian
·   
6.      Penatalaksanaan
-          Pelaksanaan kemoterapi
-          Irradiasi Cranial
Terdapat tiga fase penatalaksanaan kemoterapi
·   Fase induksi. Dimulai 4-6 minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kostikosteroid (Predmison), L. asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda –tanda penyakit berkurang/ tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel mudah kurang dari 5%.
·      Fase profitaksos. Sistem saraf pusat, pada fase ini diberikan terapi methotrexate, Cytarabine dan hydrocortisone melalui intrathecal untuk mencegah infasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi cranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gagguan sistem saraf pusat.
·    Konsolidasi. Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan/ bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan jika terjadi suppresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan ssementara/ dosis obat dikurangi.


BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
·   Riwayat pemajanan pada faktok-faktor pencetus seperti pemajanan pada dosis besar radiasi, obat-obatan tertentu secara kronis, dan riwayat inpeksi virus kronis.
·      Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan manifestasi : pembesaran sumsum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sumsum tulang, sehingga menyebabkan beberapa gejala dibawah ini.
1.      Anemia : penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise, kelemahan dan anoreksia.
2.      Trombositopea : perdarahan gusi, muda memar, petekie.
3.      Netropenia : demam tanpa adanya infeksi, berkeringat malam hari.
B.     Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri yang berhubungan dengan infiltrasi leukosit jaringan sistemik.
2.  Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan proliferative, gastrointestinal dan efek toksit obat kemoterapi.
3.      Kelemahan yang berhubungan dengan anemia.
4.   Berduka yang berhubungan dengan kehilangan kemungkinan terjadi karena perubahan peran dan fungsi diri.
C.     Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi

1.  Kaji karekteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi
1.  Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi
2. Tenangkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakannya adalah nyata dan bahwa anda akan membantu klien dalam mengurangi nyeri tersebut.
2.  Rasa takut bahwa nyerinya tidak dianggap nyata dapat meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri
3.  Kaji faktor lain uang menunjang keletihan dan marah klien
3. Memberikan data tentang faktor-faktor yang menurunkan kemampuan klien untuk menoleransi nyeri dan meningkatkan tingkat nyeri klien.
4 Berikan analgetik untuk meningkatkan peredaan nyeri optimal dalam batas resep dokter.
4. Analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada siklus nyei
5.Kaji respon perilaku klien              terhadap nyeri dan pengalaman nyeri.
5. Memberikan informasi tambahan tentang nyeri klien.
6. Kolaborasikan dengan klien, dokter  dan tim kesehatan lain ketika mengubah penatalaksanaan nyeri diperlukan.
6.. Metode baru pemberian analgetik harus dapat diterima klien, dokter dan tim perawat kesehatan lain agar dapat efektif, partisifasi klien menunjukkan rasa ketidak berdayaan klien.
     Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi
Rasional
1.   Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan obat kesukaan dan toleransi klien.
1.  Setiap klien berespon secara berbeda terhadap makanan setelah kemoterapi, makanan kesukaan dapat meredakan mual dan muntah klien.
2.   Cegah pandangan, bau, dan bunyi-bunyi yang tidak menyenangkan di lingkungan.
2. Sensasi tidak menyenangkan dapat menstimulasi pusat mual dan muntah.
3.      Gangguan distraksi, relaksasi dan imajinasi sebelum dan sesudah kemoterapi.
3. Menurunkan ansietas yang dapat menunjang mual dan muntah
      Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi
Rasional
1.   Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan sesudah latihan fisik.
1.  Selama istirahat, energi dihemat dan tingkat energi diperbaharui. Beberapa kali priode istirahat singkat mungkin lebih bermanfaat dibandingkan satu kali periode istirahat yang panjang.
2. Tingkatkan jam tidur total pada malam hari.
2. Tidur membantu untuk memulihkan tingkat energi.
3.  Atur kembali jadwal setiap hari dan atur aktifitas untuk menghemat pemakaian energi.
3. Pengaturan kembali aktifitas dapat mengurangi kehilangan energi dan stressor.
      Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
Rasional
1. Bantu klien untuk mengungkap ketakutan, kekawatiran dan pertanyaan tentang penyakit, pengobatan, serta inflikasinya di masa yang akan datang.
1.  Dasar pengetahuan yang akurat dan meningkat akan mengurangi ansietas dan meluruskan miskonsepsi.
2.      Berikan dukungan partisipasi aktif dari klien dan keluarganya dalam keputusan perawatan dan pengobatan.
2.      Partisipasi aktif akan mempertahankan kemandirian dan kontrol emosi klien
3.    Berikan dukungan agar klien dapat membuang perasaan negatif.
3. Hal ini memungkinkan untuk mengekspresikan emosional tanpa kehilangan harga diri.

D.    Evaluasi
1.      Berkurangnya rasa nyeri.
2.      berkurangnya rasa mual dan muntah.
3.      Terjadi penurunan tingkat keletihan.
4.      Klien mampu menggunakan koping yang efektif untuk megatasi persaan berduka yang di hadapi.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Leukemia suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.      Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia (Faktor genetic, radiasi, obat-obatan, faktor herediter.
3.      Klasifikasi leukemia dapat dibagi menjadi dua yaiti leukemia akut (LMA dan LLA) dan leukemia kronik (LMK dan LLK)

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. E, M.F. Moorhouse, dan A.C.Geissler (Eds.). (2000).Rencana Asuhan
            Keperawatan. Jakarta. EGC
Engram, B. dkk. (1999). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta. EGC.
Hardjoeno H dkk. (2007), Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik.
           Hasanuddin University Press (LEPHASS). Makassar
Supandiman, dkk. (2005). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Hematologi Dan Onkologi
           Medik. Q. Community. Bandung
Suriadi, dkk. (2010), Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed.2. CV.Sagung Seto. Jakarta











Tidak ada komentar:

Posting Komentar